Saturday, December 26, 2009

Tentang Rasaku Untukmu : Sebuah Catatan Dalam Keheninganku

I


Aku mencintaimu dengan caraku
Dengan setiap aliran darahku yang mengalir
Dengan setiap hembusan napas yang kuhempas
Dengan setiap kata yang ku ucap
Dengan setiap bagian-bagian dalam ragaku

Kutakut salah mencintaimu dengan caraku
Kutakut salah mengartikan segala apa yang kau ucap
Kutakut salah menilai apa yang kau lakukan
Kutakut salah memahami atas segala kemurahan hatimu

Aku bukanlah semanis madu yang kau kira
Tak jua sejahat racun yang melumat segala
Kuhanya biasa
Aku adanya aku hanya ini yang kupunya

Tak ingin aku memberikan ilusi
Tak ingin pula aku membuatmu terlena
Karena aku tak mampu membuatnya
Karena ku tak sanggup melakukannya


II

Kalah…
Kesekian kalinya
Tak sanggup menanggungnya
Mungkin akan meledak karena penuh sesak
Tapi aku tabah

Situasi…
Halaman kejadian hidup
Kubalik kalau Tuhan mengizinkan
Kurangkai dan kususun agar baik
Agar kau tersenyum

Hilang…
Kalah kau hilang
Situasi kau hilang
Cinta kau hilang
Menjauh sejauh angina membawa harapan
Harapan yang kujadikan pertahanan
Kubuat kau tegar sekuat baja
Namun kutetap kalah tegar karenamu



III

Kucintai kau apa adanya
Tak peduli kau seperti apa
Aku terima segala apa yang ada di dalam dirimu
Tak peduli orang lain berkata apa
Aku terima segala apa yang kan terjadi
Kucintai kau apa adanya
Di setiap aku dalam kekosongan
Kutahu kau selalu ada disana
Tanpa cinta tapi kebaikan
Sebuah tindakan kesalahan keyakinanmu
Aku tak peduli
Aku butuh baikmu
Kucinta kau apa adanya
Seribu kesalah pahaman yang ku alami
Takkan kutolak dengan hati
Kusimpan mungkin kutangisi
Airmata ini saksinya
Saksi untukmu bahwa
Kucintai kau apa adanya
Cintailah aku dengan adanya aku
Atas diriku ini yang tak mampu meraihmu



IV

Terjatuh
Salah ketuk hati
Aku tak permisi
Maafkan aku

Demi Tuhan
Aku menahan rasa ini
Agar duniaku tak beralih
Agar aku bisa damai tanpamu

Kujalani
Hari-hari tanpa asa
Tapi kau selalu merasuk
Memaksa
Hadir dalam kasat lamunku

Pergi
Kumohon pergilah
Aku rela lepaskan rasa ini
Aku rasa tak pantas
Ada mu disisiku

Karena kutahu
Kau cinta dia
Rasa dan hatimu untuknya
Walau kata pisah itu ada
Tersemat lama
Tetap kau cinta

Warna - Warni Kehidupan

Yang lebih baik itu sebenarnya yang seperti apa
Tak pernah mengerti dengan semua keadaan yang berlangsung
Dibuat terombang-ambing seperti ombak di lautan
Mau menetapkan hati saja sulitnya seperti menaruh bulan sejajar dengan matahari
Apa memang sesulit itu

Sesulit untuk keadaan kita
Kita tahu apa yang masing-masing ada di hati
Kita tahu apa yang akan kita jalani
Kita tahu apa yang akan menjadi resiko terbesar
Dan kita pun sebenarnya tahu harus berakhir seperti apa
Hanya ada dua pilihan hitam atau putih
Tolong tinggalkan saja abu-abu itu
Walaupun kutahu abu-abu kelabu itu bayangan yang menjadi pelajaran
Tapi biarlah semuanya penuh pilihan
Sudah tak takut saya dengan badai
Sudah tak takut saya dengan hujan

Karena saya tahu pelangi akan tampak setelah badai dan hujan
Karena saya tahu pelangi akan menghidupkan warna-warni kehidupan
Karena saya tahu pelangi akan tetap ada walau tak setiap saat
Tetap ada dan tetap dinantikan indahnya itu
Menghiasi setiap jalan kehidupan
Memberi warna pada kelamnya kehidupan
Memberi makna pada setiap keputusan
Memberi arti pada setiap ketegasan

Tak Berarti

Terjerat
Terikat
Melekat
Antara sekat
Terbungkus erat
Tak berbuat
Berakhir terlambat
Kisi
Mengisi hari
Tiada henti
Dengan segenap hati
Yang kutahu semua tak pasti
Kembali
Atau pergi
Sudah tak berarti
Jika terus berlari
Melarikan diri

Pilihan

Menusuk menghujam langsung dalam pikiran
Merusak sistem saraf sekujur tubuhku
Aku bagai bergelimangan harta bertahta
Bukan...
Bergelimangan rasa berkecamuk yang tak bisa keluar dengan leluasa

Di hadapakan dengan sebuah realita kelabu
Klise memang
Tak ada isyarat apapun untuk meraih atau meninggalkan

Menerjangnya mungkin akan menjadi panutan
Membuat impian dan mengesampingkan kenyataan
Indah bukan
Cukup indah untuk dinantikan
Tapi aku meragu karena satu hal itu

Berhimpitan dengan rasa cinta yang kumiliki
Benar tak rela aku menyakiti
Demi sebuah kebahagiaan yang abadi
Relakah aku mati

Monday, December 21, 2009

Sebagian menjadi satu

Kaki langit terlihat indah dari tempat ku berpijak
Membayangkan sejuta bintang yang menari disana pastilah membahagiakan
Bagaimana jika sampai dapat kuraih
Tak perlulah sejuta
Cukup satu yang ku pinta
Di izinkannya aku mendapat satu
Bagiku satu itu berharga
Oh ternyata bukan satu
Tapi hanya sebagian

Setengah bintang yang baru kumiliki
Sebagian itu berharga

Karena sebagian cahayanya mengisi sebagian hatiku
Karena sebagian cahayanya menerangi sebagian kelamku
Sebagian jadi satu

Terima kasih karena menjadi sebagian dari yang kurasa
Terima kasih karena menjadi sebagian yang dapat kucinta
Terima kasih karena menjadi sebagian yang membuatku merasa menjadi satu

Sunday, December 20, 2009

Puisi pertama yang kuterima darinya yang kucintai

Wahai perempuan
Kembang apa yang kau tanam
Keindahannya telah membuatku terkagum
Wanginya menebar harum
Kini kuberada jauh darimu
Kuning
Merah Jambu
Ungu
Namun indahnya terasa di kelopak mata
Harumnya menyentuh indera
Mengingatmu yang sedang kasmaran
Berdebar jantung di muka rumah
Berharap cemas
Bermuka ramah
Memeluk penuh harap...

Pengirim :
Dearlicious
+6281318041xxx
20:56:13
15/12/2009

Sintesa Sakit Hati

Kuputuskan untuk kembali mencoba untuk yang kesekian kalinya
Tak ada satupun perubahan yang tampak nyata
Menginjakan kakiku diantara rel berkerikil
Menunggunya yang memuakkan batin
Geram dibuatnya terbakar teriknya mentari di siang bolong
Datang dengan peraduan kepada angin
Melayangkan helai demi helai rambutku
Memasukinya secepat kilat menyambar ranah bumi
Sedikit terseok mencari apa yang dapat kupegangi
Bagai ibu melahirkanku yang napasnya sedikit terputus-putus
Mencoba tegak dan mendapati aku tetap berdiri dengan kedua kaki yang kumiliki
Jarang aku berjibaku dengan sekumpulan manusia di tempat ini

Sesak
Peluh
Lelah
Kusam
Bobrok lebih tepatnya
Entah apa yang terjadi disini
Segala proses jual beli terjadi

Keriuhan pasar yang kutemukan diatas benda bobrok yang berjalan
Pasar diatas rel berlalu-lalang
Berteriakan nyanyian tuna netra dan segalanya
Begitu kelamnya
Pun sosok intelektual melesap disana
Membaur menjadi satu kesatuan
Mereka terlihat sama rata
Keluar masuk
Lalu lalang
Keringat bercucuran
Sesak

Umpatan hatiku ini ingin meledak rasanya
Tapi ramai
Siapa peduli suara siapa yang terdengar

Mereka semua Bisu, Tuli, dan Buta
Bahkan lebih bisu dari orang bisu sekalipun
Bahkan lebih tuli dari orang tuli sekalipun
Bahkan lebih buta dari orang buta sekalipun
Keluar aku dengan gontai

Tanpa segenap harapan hanya helaan napas panjang
Terbungkus selekat gumpalan darah dalam hati
Sintesa sakit hati