Tak ada satupun perubahan yang tampak nyata
Menginjakan kakiku diantara rel berkerikil
Menunggunya yang memuakkan batin
Geram dibuatnya terbakar teriknya mentari di siang bolong
Datang dengan peraduan kepada angin
Melayangkan helai demi helai rambutku
Memasukinya secepat kilat menyambar ranah bumi
Sedikit terseok mencari apa yang dapat kupegangi
Bagai ibu melahirkanku yang napasnya sedikit terputus-putus
Mencoba tegak dan mendapati aku tetap berdiri dengan kedua kaki yang kumiliki
Jarang aku berjibaku dengan sekumpulan manusia di tempat ini
Sesak
Peluh
Lelah
Kusam
Bobrok lebih tepatnya
Entah apa yang terjadi disini
Segala proses jual beli terjadi
Keriuhan pasar yang kutemukan diatas benda bobrok yang berjalan
Pasar diatas rel berlalu-lalang
Berteriakan nyanyian tuna netra dan segalanya
Begitu kelamnya
Pun sosok intelektual melesap disana
Membaur menjadi satu kesatuan
Mereka terlihat sama rata
Keluar masuk
Lalu lalang
Keringat bercucuran
Sesak
Umpatan hatiku ini ingin meledak rasanya
Tapi ramai
Siapa peduli suara siapa yang terdengar
Mereka semua Bisu, Tuli, dan Buta
Bahkan lebih bisu dari orang bisu sekalipun
Bahkan lebih tuli dari orang tuli sekalipun
Bahkan lebih buta dari orang buta sekalipun
Keluar aku dengan gontai
Tanpa segenap harapan hanya helaan napas panjang
Terbungkus selekat gumpalan darah dalam hati
Sintesa sakit hati
No comments:
Post a Comment