Hari ini aku menyaksikan kehingarbingaran disuatu tempat dimana kita dulu pernah menjalani hari-hari bersama.
Keriuhan suara membisingkan telingaku.
Suasana yang pernah terjadi padaku pada masa yang lalu pula.
Tentu saja aku ingat kau.
Ingat kau yang selalu mendampingi hari-hari sibukku seperti yang terjadi pada mereka yang sedang berdiri kesana kemari didepanku.
Tapi sesaat tadi aku tak memikirkanmu.
Yang kupikirkan adalah ketidakhadiran dirinya.
Dia tak ada. Dia tak datang.
Percuma aku mencarinya, karena ia memang tak ada.
Aku hanya bisa menghempaskan napasku dan ikut berpesta pora bersama sekelilingku.
Walaupun aku berharap ia hadir dan menikmati keadaan seperti ini bersamaku.
Tapi biarlah.
Biarlah rasa penantian ini terbayar nantinya.
Aku pun meninggalkan tempat yang penuh dengan semua kenangan kita.
Meninggalkan sejenak kehingarbingaran menuju sebuah tempat yang bisa menghilangkan kejenuhanku atas ketidakhadirannya.
Aku mencoba untuk mendengarkan segala pembicaraan dan ocehan mereka.
Aku merasa sedikit lega.
Aku merasa sudah lama tak ada dalam keadaan seperti ini.
Keriuhan pun kembali dimulai.
Dimana semua manusia membaur porak-poranda.
Sesak.
Aku sulit bernafas.
Aku hanya ingat aku memengang erat salah satu diantara mereka.
Dan seketika aku tertawa.
Karnaval yang meriah itupun dimulai.
Semua bersorak-sorai.
Aku dan mereka pun bersorak riang.
Tak lama setelah itu, tiba-tiba sebuah ledakan dahsyat berbunyi.
Kulihat langit begitu indah dihiasi dengan percikan ledakan itu.
Berkali-kali.
Bertalu-talu tak henti.
Keindahannya memancarkan kehebatan ledakannya.
Airmataku pun menetes sesaat.
Aku merasakan begitu cepatnya kembali ke masa itu.
Dimana ketika harus menyaksikan percikan ledakan itu seorang diri karena ditinggalkanmu.
Berharap saat itu dapat memandanginya dengan senyuman menyambut tahun yang baru.
Tapi kenyataannya memandanginya dengan tangisan air mata.
Aku ingat ketika seorang anak kecil cantik berucap dengan polosnya padaku
“Kakak Selamat Tahun Baru ya, jangan sedih kak! kan kembang apinya banyak”
Aku hanya bisa tersenyum kecut dan menghapus sedikit air mataku.
Saat itu aku tak tahu harus berbuat apa.
Tak memikirkan apa-apa.
Tapi aku berharap kehadiran dirinya menjemput kesedihanku.
Dia mau tapi tak bisa datang.
Aku hanya mampu menghela napas dalam-dalam dan sekuat tenaga untuk menahan airmata ini.
Tapi sepertinya alam mengetahui perasaanku.
Alam menjatuhkan hujan dengan derasnya seperti aku menjatuhkan airmataku.
Aku tersadar dan menghapus airmataku.
Sialnya aku mengingat semua itu.
Padahal aku sudah menguburnya dalam-dalam tapi seketika meledak seperti ledakan itu.
Diberi kesempatan untuk mengingatmu kembali membuat hatiku semakin sesak.
Kenapa kau tak hilang saja dari muka bumi ini.
Adanya dirimu hanya bisa menyakitkan hatiku.
Berharap kau selalu hilang dari ingatanku mungkin Tuhan tak setuju.
Aku pun ingin tak membenci dirimu.
Tapi kaulah yang membuat aku membenci dirimu.
Bicara tentangmu takkan pernah habis dan semakin menyakitkan.
Kalau saja aku tak bodoh dan mendengarkan kata kata dirinya mungkin ini tak terjadi.
Padahal aku tahu saat itu kita sudah berakhir.
Kalau saja kau tahu saat itu aku sudah mulai mencintai dirinya.
Mungkinkah kau merelakanku dengannya.
Karenamu aku sekarang seperti tak berarti bagi dirinya.
Apa aku harus pula menyalahkanmu
Atau menyalahkan kebodohanku karena tak merelakanmu dan mencoba meraihnya.
Meraih apa.
Meraih ketidakpastian darinya.
Lelah bagiku sepertinya sudah biasa.
Aku hanya mencoba mengikuti waktu yang berjalan.
Mengikuti saja. Hanya itu. Tidak banyak yang bisa aku perbuat.
Aku hanya wanita biasa yang berusaha menguatkan hati untuknya.
Untuk segala keluh kesah yang ia buang padaku.
Selalu tersenyum untuknya merasa cantik bagiku entah baginya.
Mungkin kalau kau tahu aku cinta dia seperti ini kau akan menangis.
Mungkin juga tidak.
Masa bodoh dengan dirimu.
Yang aku tahu sekarang hanya aku cinta dia tidak dengan kau.
Thanks to someone yang udah rela kehujanan dan berbasah-basahan ria ngejemput gue dari tempat sialan itu dua tahun yang lalu dan nganterin gue kerumah jam 3 pagi. Maafin aku papa yang ga crita sejujurnya tentang kejadian malam itu, tapi aku yakin papa pasti tahu.
No comments:
Post a Comment